Kepada Tuhan di Tempat



Tuhan, masihkah Engkau disini. Di sampingku?

Bolehkah aku mengeluh kepadaMu? Aku tahu ini memang tak pantas karena aku bukanlah makhlukMu yang paling cemerlang. Engkau menitipkan aku pada sebuah panti asuhan. Adik dan kakakku adalah mereka penghuni panti itu. Tapi Tuhan, aku ingin memiliki adik dan kakak pribadi. Aku ingin adik dan kakakku memanggilku dengan namaku, bukan sekedar, “Hei, kamu.”

Tuhan. Aku minta maaf. Bukannya aku tidak berterima kasih terhadap makanan yang cukup aku santap setiap hari. Aku yakin pengurus panti adalah perantara rejekiku dariMu. Tapi, Tuhan—aku ingin punya kamar tidur sendiri. Tidak, Tuhan. Jangan salah sangka. Aku menyukai teman-temanku di panti. Aku hanya ingin sendiri bersamaMu. Bukankah Engkau suka ditemukan dalam sepi?

Aku tahu bahwa Engkau adalah Tuhan yang sibuk. Engkau pastilah mendengar jutaan doa dan memikirkan apakah Engkau mengabulkanNya atau tidak. Permintaanku ini hanyalah setitik air di lautan ciptaanMu. Maukah Engkau mempertemukan aku dengan orangtuaku kelak saat aku bertemu denganMu. Aku tak pernah bermimpi tentang papa. Aku tak pernah merasa sebuah dada kususu dalam buaian mama. Bahkan aku tidak tahu apakah mereka tahu bahwa aku ada. Jika mereka tak menginginkan aku, kenapa Engkau menghadirkanku disini lewat mereka?

Entahlah Tuhan, apakah Engkau mendengarku atau tidak. Aku tak pernah mendengar suaraMu. Doaku hanya perih. Apakah Engkau tidak ingin mengabulkan doaku? Apakah aku kurang baik? Aku sudah memberikan permenku pada Tina dan mau berbagi boneka dengan Milka. Aku juga mau enggak mimik es krim, supaya Adi tahu rasanya karena es krim dari Bu Nana enggak cukup buat kami semua.

Tuhan. Jika aku tidak cukup baik untukMu, maukah Engkau mengabulkan sedikit permintaanku. Aku pengin bobok sekarang. Temani aku. Lingkarkan lenganMu disini, di pundak Lely. Sudah lama Lely pengin merasakan pelukan papa-mama. Sebentarrrrrr saja.

Bu Nana menyusut sudut matanya. Ia melipat kembali kertas surat Lely dan memasukkan dalam saku. Teman-teman Lely yang biasanya tertawa-tawa juga diam. Milka berdiri paling depan, disamping sebuah papan berukuran kecil. Sesekali diremas-remasnya boneka piglet sambil menelusuri wajah Lely. Sendari tadi ia bertanya-tanya pada teman-temannya, “Kenapa Lely tidur disana?” Tina menyuruhnya diam, tetapi Milka bertanya lagi. Kali ini pada Bu Nana. “Milka pengin punya pakaian seperti Lely, Bu.” Sinar matanya berbinar-binar menatap pakaian Lely.

Lely memakai baju longdress. Warnanya putih. Pinggirannya berenda. Rambutnya tampak wangi dengan bando warna putih juga. Ketika orang-orang tak memperhatikan, Milka berbisik, “Nanti malem aku pinjam pakaiannya, ya?” Tapi Lely cuma diam. Milka sedih, Lely cuma menutup mata.

*Sumber Gambar: "Jessica" oleh Michael Hlousek-Nagle

Kepada Tuhan di Tempat Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Good Dreamer

0 komentar:

Posting Komentar